Palu, 16 November 2025 — Setelah melalui perjalanan panjang selama tiga dekade, Vihara Karuna Dipa akhirnya diresmikan sebagai pusat pembinaan spiritual umat Buddha di Sulawesi Tengah. Peresmian ini menjadi simbol penting dari komitmen umat Buddha dalam membangun kehidupan beragama yang damai, terbuka, dan harmonis di tengah masyarakat yang majemuk.
Click here to display content from YouTube.
Learn more in YouTube’s privacy policy.
Tiga Dekade Perjalanan Pembangunan
Pembangunan Vihara Karuna Dipa dimulai dengan peletakan batu pertama pada 20 Juli 1995, yang saat itu dihadiri langsung oleh Gubernur Sulawesi Tengah, Bapak Abdul Azis Lamadjido. Momentum tersebut menjadi awal dari semangat kolektif umat Buddha di Palu untuk menghadirkan tempat ibadah yang representatif dan berakar pada nilai-nilai Dhamma.
Pada tahun 2000, berdirilah Dhammasala, ruang utama untuk puja bakti dan meditasi. Sejak saat itu, pembangunan terus berlanjut secara bertahap, mencakup perluasan area, penambahan fasilitas, dan penataan lingkungan vihara. Kini, di tahun 2025, Vihara Karuna Dipa telah menjelma menjadi kompleks vihara yang lengkap, asri, dan terbuka bagi semua kalangan.




Momen Peresmian yang Penuh Makna
Peresmian Vihara Karuna Dipa dilaksanakan pada Minggu, 16 November 2025, dalam sebuah upacara yang berlangsung khidmat dan penuh kebersamaan. Acara ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting, baik dari unsur pemerintahan, keagamaan, maupun masyarakat umum.
Turut hadir dalam peresmian ini:
- Wakil Gubernur Sulawesi Tengah, dr. Reny Lamadjido, yang mewakili Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah
- Sanghanayaka Sangha Theravada Indonesia, Bhante Sri Subhapanno, Mahathera, sebagai pemimpin spiritual umat Buddha
- Ketua Yayasan Vihara Karuna Dipa, Bapak Wijaya Chandra
- Ketua Panitia Peresmian, Bapak Eric Chandra
- Sejumlah pejabat pemerintah daerah, perwakilan OPD, tokoh lintas agama, serta umat Buddha dari berbagai daerah
Dalam sambutannya, Wakil Gubernur menyampaikan apresiasi atas kontribusi umat Buddha dalam menjaga kerukunan dan membangun nilai-nilai spiritual di tengah masyarakat. Beliau juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas agama dalam menciptakan Sulawesi Tengah yang damai dan toleran.
Bhante Sri Subhapanno, Mahathera, dalam Dhammadesana-nya mengajak seluruh umat untuk menjadikan vihara bukan hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat pembelajaran, pelayanan sosial, dan pengembangan moralitas.



Simbol Kerukunan dan Pelayanan Sosial
Peresmian ini tidak hanya menjadi penanda fisik berdirinya sebuah bangunan, tetapi juga simbol dari semangat kerukunan antarumat beragama. Kehadiran tokoh-tokoh lintas agama dalam acara ini mencerminkan semangat saling menghormati dan gotong royong dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Vihara Karuna Dipa diharapkan dapat menjadi ruang terbuka bagi siapa pun yang ingin belajar, bermeditasi, atau berdialog lintas iman. Selain itu, vihara ini juga akan terus mengembangkan program-program sosial, pendidikan, dan kemanusiaan yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Harapan ke Depan
Dengan diresmikannya Vihara Karuna Dipa, umat Buddha di Sulawesi Tengah kini memiliki pusat spiritual yang kokoh, nyaman, dan inklusif. Peresmian ini menjadi momentum untuk memperkuat komitmen dalam menjalankan ajaran Buddha secara damai dan penuh welas asih.
“Semoga semua makhluk berbahagia” — Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta






